Sabtu, 29 November 2008

KESEDERHANAAN NIZAM AL-MAHMUDI

Seorang sufi hidupnya memang sangat sederhana walaupun juga banyak di antara mereka yang memiliki harta yang cukup melimpah.Tapi di balik kekayaan dan kesederhanaan itu,hati mereka tidak pernah lupa mengingat Tuhannya.

Pada suatu hari,di sebuah kampung terpencil,dalm sebuah gubuk kecil,tinggal seorang sufi yang bernama Nizam al-Mahmudi,salah satu penganut tasawuf yang tidak terkenal.Istri dan anak-anaknya hidup sangat sederhana.Akan tetapi,semua anak-anaknya berpikiran cerdas dan berpendidikan.
Selain penduduk kampung itu,tidak ad yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di beberapa kota besar.
Suatu ketika,salah seorang anaknya bertanya kepadanya,"Ayah,mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah?bukankah Ayah mampu?" .Kemudian ia menjawab,"Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil ,karena pertama betapa pun besarnya rumah kita,yang kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan berbaring.Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya.Sehari-harian ia cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya.Ia terlepas dari masyrakat dan alam bebas yang indah ini.Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Allah.Kemudian yang kedua,dengan menempati sebuah gubuk kecil ini,kalian akan menjadi cepat dewasa,dan kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih bagus.Dan ketiganya,kami dulu cuma berdua,Ayah dan Ibu.Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semuanyaberumah tangga.Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang besar,bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?
Si anak cuma tercenung.Alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos itu.Ia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah.Akan tetapi keringatnya selalu bercucuran.Ia ikut mencangkul dan menuai hasil tanamanya.Ia betul-betul menikmati kekayaannya dengan cara yang paling mendasar .
Kemudian anaknya lebih terkesima ketika ayahnya meneruskan,"Anakku
,jika aku membangun sebuah istana anggun,biayanya terlalu bsar.Biaya sebesar itu kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal,berapa banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat mertabatnya menjadi warga terhormat?Ingatlah anakku dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap makhluknya.Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya.Akan tetapi dunia ini, akan menjadi sempit dan terlalu sedikit,bahkan tidak cukup,untuk memuaskan keserakahan seorang manusia saja."
Demikianlah penjelasan Nizam al-Mahmudi kepada anaknya.Sikapnya sungguh sangat sederhana dan merupakan teladan bagi sipa saja.Ia lebih senang hartanya digunakan untuk membantu orang-orang yang sangat membutuhkannya daripada untuk bersenang-senang yang tak ada manfaatnya.